Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) yang diampu oleh Drs. Ana Maulana, M.Pd.

Senin, 07 Juni 2010

PENDIDIKAN DI ERA GLOBAL

Dominasi era global telah membuat para penyelenggara pendidikan terjebak dalam perasaan ketidak-pastian dengan sistem pendidikan saat ini. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemajuan-kemajuan yang dicapai ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, melampaui kesiapan lembaga-lembaga pendidikan dalam mendesign kurikulum, metode dan sarana yang dimiliki guna menghasilkan lulusan-lulusannya memasuki sebuah era yang ditandai dengan tingkat kompetisi dan perubahan yang begitu masif dan cepat. Saat ini, persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan bukan lagi sekadar relevansi antara content yang diberikan kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja supaya lulusannya siap memasuki dunia kerja, tetapi dunia pendidikan juga dituntut untuk selalu mencermati relevansi dimensi paedagogies-didaktif ( antara lain : tehnik pengajaran, kurikulum, metode, tempat pembelajaran dan lainnya ) dengan trend budaya global.

Yang perlu dicermati adalah globalisasi membawa akibat terjadinya perubahan yang terus menerus dan semakin cepat. Fenomena perubahan yang kian berakselerasi memberi imperatif berbagai lembaga pendidikan yang ada untuk terus melakukan sefl reform jika ingin tetap mempertahankan eksistensinya di jaman yang berlari seperti sekarang. Namun, juga perlu diperhatikan bahwa jika reformasi dilakukan secara serampangan, sekadar reaktif dan tidak visioner, justru akan menyebabkan terjadinya degradasi kemanusiaan di masa mendatang.

Misalkan, sekitar tahun 80-an, dunia pendidikan kita dikritik habis-habisan oleh masyarakat, khususnya dari kalangan dunia kerja. Lulusan sekolah, baik sekolah menengah maupun perguruan tinggi, dikeluhkan tidak memiliki kapasitas dan ketrampilan yang memadai seperti dibutuhkan oleh dunia kerja. Mereka hanya pandai berteori, tetapi tidak menguasai teknis-praktisnya. Tak ayal, kurikulum pendidikan, metode pengajaran, prasarana dan sarana praktek dan link and match dalam lembaga pendidikan menjadi pembicaraan publik.
Dunia pendidikan bukannya tidak memahami atas persoalan tersebut. Negara, sebagai pihak yang mengemban amanat penyelenggara pendidikan terus melakukan upaya-upaya penyempurnaan terhadap penyelenggaraan pendidikan nasional. Namun sayangnya, kebijakan-kebijakan penyempurnaan yang dibuat cenderung bersifat reaksioner. Kurang didasari visi yang jelas.

Alvin Toffler dalam bukunya Culture Shock :”Globalisasi, selain menghadirkan peluang “positif” untuk hidup mudah, nyaman, murah, indah dan maju; juga dapat menghadirkan peluang “negatif” sekaligus, yaitu menimbulkan keresahan, penderitaan,, dan penyesatan. Globalisasi bekerja selama 24 jam dengan menawarkan banyak pilihan dan kebebasan yang bersifat pribadi. Pendek kata, dewasa ini telah terjadi “banjir pilihan dan peluang”, terserah kemampuan seseorang untuk memilikinya.
Mencermati apa yang dikemukakan Toffler di atas, secara tersirat memberi amanat bahwa dunia pendidikan harus memberi satu life skill kepada peserta didik yang saat ini sangat penting, yakni ketrampilan mencari, menyaring, memilah dan memanfaatkan berbagai informasi, peluang dan pilihan dengan benar. Sekaligus juga memberi nilai-nilai hidup untuk berani membuang informasi dan pilihan yang tidak berguna dan merusak.

SUMBER:
http//sari.student.fkip.uns.ac.id/

Kamis, 03 Juni 2010

PERMASALAHAN SOSIAL

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah gejala yang disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas sosial memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau seluruh warga masyarakat dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai das sollen.Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai obyek studi kehidupan masyarakat, maka sejak itu pula studi masalah sosial mulai dilakukan. Dari masa ke masa para sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui beragam perspektif dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin memperlebar jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang luas dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial.

Sumber Masalah

Masalah sosial menemui pengertiaannya sebagai sebuah kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah disepakati. sumber masalah dapat ditelusuri dari ”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem. Mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka melacak akar masalah untuk kemudian dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis masalah pengangguran misalnya, secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor yang melekat pada diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari peluang, akan tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem baik sistem pendidikan, sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan sistem sosial politik pada tingkat yang lebih luas.Masyarakat Dan Negara

Parillo menyatakan, kenyataan paling mendasar dalam kehidupan sosial adalah bahwa masyarakat terbentuk dalam suatu bangunan struktur. Melalui bangunan struktural tertentu maka dimungkinkan beberapa individu mempunyai kekuasaan, kesempatan dan peluang yang lebih baik dari individu yang lain (hlm. 191). Dari hal tersebut dapat dimengerti apabila kalangan tertentu dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dari kondisi sosial yang ada sekaligus memungkinkan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan, sementara dipihak lain masih banyak yang kekurangan.

Masalah sosial sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial pada gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Dalam konteks tersebut, upaya pemecahan sosial dapat dibedakan antara upaya pemecahan berbasis negara dan berbasis masyarakat. Negara merupakan pihak yang sepatutnya responsif terhadap keberadaan masalah sosial. Perwujudan kesejahteraan setiap warganya merupakan tanggung jawab sekaligus peran vital bagi keberlangsungan negara. Di lain pihak masyarakat sendiri juga perlu responsif terhadap masalah sosial jika menghendaki kondisi kehidupan berkembang ke arah yang semakin baik.

Salah satu bentuk rumusan tindakan negara untuk memecahkan masalah sosial adalah melalui kebijakan sosial. Suatu kebijakan akan dapat dirumuskan dengan baik apabila didasarkan pada data dan informasi yang akurat. Apabila studi masalah sosial dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat maka bararti telah memberikan kontribusi bagi perumusan kebijakan sosial yang baik, sehingga bila diimplementasikan akan mampu menghasilkan pemecahan masalah yang efektif.Upaya pemecahan sosial sebagai muara penanganan sosial juga dapat berupa suatu tindakan bersama oleh masyarakat untuk mewujudkan suatu perubahan yang sesuai yang diharapkan. Dalam teorinya Kotler mengatakan, bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif. Tindakan kolektif dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.

SUMBER:
http://id.shvoong.com/books/1866293-masalah-sosial-dan-upaya-pemecahannya/
http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial-dalam-masyarakat

ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL BUDAYA

ISBD sebagai integerasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan kosep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.

Manusia dan Masalahnya

Setiap manusia memiliki masalah dan yang membedakan nya adalah volume dan jenis masalahnya. Manusia dapat dikatakan dewasa jika mampu menyikapi masalah – masalahnya.
Manusia memiliki masalah sosial, masalah sosial adalah suatu kondisi dimana terganggunya sebagian besar kehidupan masyarakat dan perlu dicari jalan pemecahannya.

Manusia memiliki masalah karena :

Perkembangan budaya, budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal, moral, sopan, tata krama. Sedangkan daya adalah unsur perbuatan jasmani/ kekuatan/ kemampuan untuk cipta, rasa, karya, karsa. Jadi perkembangan budaya adalah perkembangan akal, moral, kesopanan , tata krama dalam perbuatan jasmani agar mampu menciptakan, merasakan, membuat karya yang mampu digunakan oleh manusia itu sendiri.

Budaya dibagi menjadi :
1.Fisik
Semua budaya yang berbentuk benda.
2.Non fisik
Berupa aturan, norma, adat – istiadat, sistem sosial. Proses terjadinya aturan, norma, adat – istiadat atas dasar kesepakatan masyarakat setempat dan tidak bersifat universal. Akal yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya.

Dalam ISBD juga mempelajari sistem sosial. Sistem sosial adalah seperangkat aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, yang kadang berbenturan juga dengan budaya. Benturan budaya itu adalah priksi budaya ( karena memaksakan budaya/ norma/ kita dengan budaya/ norma orang lain.
Selain itu ISBD juga mempelajari mengenai sanksi. Intinya sanksi itu bersifat menyakitkan.

Sanksi terbagi menjadi :
1.Moral
Hati nurani yang dibayangi rasa bersalah dan berdosa.
2.Sosial
Sanksi dikucilkan masyarakat.
3.Hukum / fisik
Apabila melakukan pelanggaran aturan, norma, adat maka akan diproses dipengadilan dan dipenjara (KUHAP).


Sumber:
http://djailbreak.student.umm.ac.id/2010/02/12/isbd-masyarakat-madani
http://el-fayyaza.blogspot.com/2009_01_01_archive.html

VISI MISI SERTA TUJUAN ISBD

VISI ISBD
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

MISI ISBD
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan mahluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

TUJUAN ISBD
1.Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam kehidupan masyarakat
2.Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
3.Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk sosial yang beradab dalam mempraktikan pengetahuan akademik dan keahliannya.

ISBD????

PENGERTIAN ISBD

Pengertian Ilmu Budaya Dasar
IBD adalah Ilmu yang termasuk dalam pengetahuan budaya, mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.

Tujuan IBD :
Mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran dan kemampuan kritikal terhadap masalah budaya.
suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendasar dalam kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya (homohumanus) dan masalah-masalah yang menyertainya, sering disebut sebagai humanities yang merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep yang dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Materi ilmu budaya dari bahan pengetahuan humanniora seperti filsafat, teleologia, ilmu hokum, sejarah, bahasa, kesusastraan dan seni. Humaniora mengajarkan bahan ajaran yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia lebih manusiawi. Humaniora adalah seperangkat sikap, perilaku, moral manusia terhadap sesamanya.


Pengertian Ilmu Sosial Dasar
ISD adalah Ilmu sosial yang menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menaggapi masalah-masalah sosial.
Sasaran/Objek kajian ISD :

1.Realita masalah bersama yang merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi melelui pendekatan suatu disiplin ilmu atau pendekatan interdisiplin.
2.Keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat,yang mengakibatkan kerjasama atau pertentangan.

Tujuan ISD :
Memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial untukmenumbuhkan kepekaan sosial.
Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial mengalami perkembangan sehingga timbul faham STUDI SOSIAL (sosial studies. Kalau di Indonesia (IPS). Paham studi sosial dipergunakan bagi keperluan pendidikan dan pengajaran bukan disiplin ilmu yang mandiri. Studi sosial/IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran di SD dan Menengah (elementary and secondary school). IPS adalah fusi dari sejumlah mata pelajaran sosial. Maka ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS, tapi tidak berarti seluruh ilmu-ilmu sosial menjadi bahan IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik menentukan materi-materi ilmu-ilmu sosial mana yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS.
Ilmu sosial dinamakan demikian karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah.

Ilmu-ilmu sosial baru pada tahapan analisis dinamika, artinya baru sampai pada analisis-analisis tentang masyarakat manusia dalam keadaan bergerak. Jadi untuk melihat perbedaan antara sosial science dengan natural science dilihat dari objek formanya, artinya objek sosial science adalah manusia sedangkan untuk membedakan antara ilmu-ilmu sosial adalah focus of interest (pusat perhatian), missal ilmu ekonomi yang menjadi pusat yang dipelajarinya adalah usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materilnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediannya.

ISBD (ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR) sebagai integerasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan kosep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.

LATAR BELAKANG MUNCULNYA GENERAL EDUCATION

Sistem pendidikan modern cenderung mengarah pada suatu proses dehumanisasi. Ditandai oleh penajaman kajian keilmuan atau spesialisasi berlebihan dalam bidang-bidang tertentu. Maka sistem pendidikannya cenderung hanya memahami manusia pada satu aspek tertentu saja, sedangkan aspek-aspek lainnya diabaikan.

Pendidikan seperti ini menghasilkan para lulusan yang pola pikir, pola hidup bersifat materialistis dan perilaku mekanistik. Mereka menjadi suatu generasi yang miskin akan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Sangat menghawatirkan generasi depan. Mereka masuk ke dalam persaingan global dengan menghalalkan segala cara demi mencapai kesuksesan material semata.

Gambaran kecenderungan dunia pendidikan tinggi dewasa ini sangat mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan. Maka anak didik perlu dibekali suatu kemampuan untuk memahami, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai universal.

Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara terintegrasi. Untuk ditingkat perguruan tinggi di sebut Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yaitu sekelompok mata kuliah yang memberikan landasan dalam pengembangan dunia spesialisnya masing-masing.

MKDU dirubah menjadi MPK dan MBB. Kedua kelompok bidang studi ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa perguruan tinggi Indonesia dalam pencapaian tujuan utama pendidikan nasional, yaitu membentuk kepribadian utuh melalui proses pembelajaran secara terintegrasi dengan menggunakan pendekatan multi atau interdisipliner. Dalam konsep di Amerika disebut General Education.

Selasa, 27 April 2010

Kelahiran dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Proses kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan melalui beberapa periode jaman. Setiap periode jaman yang dilaluinya menggambarkan peradaban. Diawali oleh orang-orang Yunani Kuno di abad ke-6 SM, filsafat sebagai manifestasi ilmu pengetahuan, lahir dengan corak mitologis. Melalui mitologi itulah diterangkan segala yang ada. Setelah ada gerakan demitologisasi yang dilakukan oleh para filsuf alam dijaman pra Sokrates, filsafat setapak demi setapak mencapai puncak perkembangannya melalui pemikiran ”trio filsuf besar” yaitu Sokrates, Plato dan Aristoteles di abad ke-3 SM yang secara rasional mempertanyakan segala yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat yang semula identik dengan mitologi sejak saat itu berubah menjadi ilmu pengetahuan yang meliputi segala macam ilmu menurut pengertian kita sekarang ini.

Sejarah filsafat Yunani Kuno berakhir di abad ke-6 M. Perkembangan selanjutnya, di abad pertengahan, diawali oleh filsafat Patristik dan dilanjutkan oleh filsafat Skolastik yang berlangsung hingga abad ke-14 menunjukkan bagaimana filsafat menjadi satu dan manunggal dengan agama (Kristiani). Pada abad pertengahan dikenal pula filsuf Arab seperti Alkindi, Al Farabi, Ibn Sina, Ibn Rosjd dan Al Gazali yang menterjemahkan karya Aristoteles dan membawanya ke Cordova untuk selanjutnya berkembang di dunia barat.

Didahului oleh gerakan Renaissance (abad ke-14 akhir) dan dilanjutkan oleh gerakan Aufklaerung (abad ke-18) filsafat barat memasuki tahap modern. Gerakan renaissance adalah gerakan yang didukung oleh satu cita-cita lahirnya manusia bebas. Sedangkan gerakan Aufklaerung adalah gerakan yang sangat mengagungkan kemampuan dan peranan akal. Gebrakan dari 2 gerakan ini memberikan implikasi mengembalikan otonomi manusia dan kebudayaannya di satu pihak dan mengarahkan kehidupan manusia menuju sekularisasi. Agama yang semula manunggal dengan filsafat, telah ditinggalkan oleh filsafat dan masing-masing otonom berdiri sendiri.

Pemisahan ilmu-ilmu pengetahuan (cabang) dari filsafat ini diawali dengan kebangkitan ilmu-ilmu pengetahuan fisik dengan tokoh-tokohnya Copernicus, Vesalius, dan Isaac Newton. Metode yang digunakan oleh ilmu alam ini, merupakan metode yang digunakan juga dalam ilmu sosial yang muncul pada abad ke-18. Perkembangan ilmu sosial dengan gaya tersebut, mencapai bentuknya secara definitif dengan tampilnya Auguste Comte. Comte mengajarkan bahwa cara berfikir manusia akan mencapai tahap positif setelah melewati tahap teologis dan metafisik.

Dari pengalaman ontologis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat perkembangan ilmu akan mencerminkan tingkat peradaban manusia atau proses perkembangan ilmu memanifestasikan proses perkembangan peradaban.